Untuk membuat banner pribadi, anda perlu mengikuti langkah** berikut ini::
1.masuklah kebagian templet.
2.Pastikan anda berada di bagian elemen halaman.
3.Klik"Tambahkan Sebuah Elemen Halaman".
4.Pilih "HTML/JavaScript".
5.Copy Kode dibawah ini ke kolom "konten".
Type your summary here
<img border="0"
alt="alamat blog anda" width="80" src=" alamat gambar anda"
height="50"/><br>
<textarea>
<a href="alamat blog anda" target="_blank"><img border="0"
alt="alamat blog anda" width="80" src=" alamat gambar anda"
height="50"/></a></textarea>
Yang berwarna merah ganti dengan alamat url blog anda.
Yang berwarna Hijau ganti dengan alamat url gambar anda.
Simpan Perubahan.
28 November 2007
26 November 2007
Hawker Hunter
Seratus Colibri diagendakan bakal dikirim Eurocopter ke pembeli tahun ini. Prestasi yang patut diacungkan jempol bagi Eurocopter, pabrik yang melahirkan EC-120B Colibri. Pasalnya, helikopter ringan bermesin tunggal (light single-turbine helicopter) dengan kapasitas empat penumpang itu baru terbang (perdana) 1995 disusul pengiriman pesawat pertama dua tahun kemudian (September 1997).
Selain itu, proses produksinya cukup rumit karena melibatkan tiga negara sekaligus, yaitu Eurocopter (Prancis), China National Aero-Technology Import & Export Corporation (CATIC, Cina), dan Singapore Technologies Aersopace (STAe, Singapura). Singapura menggantikan Aerospace Technologies Australia (ASTA) Australia setelah menyatakan mundur dari proyek pada 1989.
"Teknologinya sederhana dan mudah dioperasikan," aku Mayor Laut (P) Mohalli, Komandan Skadron 400 Penerbangan TNI AL soal pesawat yang dibeli memanfaatkan Tahun Anggaran 2001. TNI AL membeli tiga Colibri, sementara TNI AU memesan sebanyak 12 pesawat. AL akan menempatkan pesawat seharga 879.000 dollar AS per unit itu harga tahun 2000 di Skadron Udara 200/Latih Lanudal Juanda. Adapun AU menempatkannya di Skadron Udara 7 Lanud Kalijati untuk menggantikan heli Bell 47G Soloy yang dioperasikan sebagai heli latih sejak awal 1970-an. Helikopter pertama dari tiga yang dipesan AL tiba di Surabaya pada 14 September 2001 setelah dikirim secara terurai menggunakan kapal laut. Menyusul tiba dua pesanan AU yang juga dikirim lewat laut pada 6 Desember 2001.
Type your summary here
Streamline
Jika Anda pernah merasakan terbang dengan helikopter BO-105 Bolkow, setidaknya duduk saja di kokpit, apa kesan Anda? Terbangnya lincah dan gesit? Betul, tak heran kalau 1.500-an BO-105 yang aslinya produksi Messerschmitt-Bolkow-Blohm Jerman (sekarang menjadi Eurocopter Jerman) itu bertebaran di seluruh dunia. Penggunanya pun beragam, termasuk untuk keperluan patroli kota oleh Polisi. Namun jangan kaget, terutama bagi yang baru merasakan, ketika pilot membuat pesawat mengapung (hover). Getaran keras (vibrasi) akan segera terasa. "Gila, ini nggak bakal rontok, Mas," sergap Angkasa ketika terbang dengan BO-105 TNI AL beberapa waktu lalu. Kesan sempit juga terasa begitu memasuki kabin. Bagi wartawan foto yang pernah diajak Polisi Udara berkeliling Jakarta, sepertinya setuju dengan pendapat ini.
BO-105 memang dikenal punya masalah dengan vibrasi. Kapasitas dua mesin Allison 250-C20B yang besar dibandingkan tubuhnya yang kecil, langsung berdampak ketika pesawat hover. Sebenarnya tentu bisa diakali jika main rotor yang memuntir empat bilah baling-baling itu dipasangi damper untuk menahan getaran. Belum lagi suara mesin yang keras, bikin telinga sakit.
Bukan bermaksud melebih-lebihkan, tapi semua handikap BO-105 langsung buyar begitu Colibri mulai menyalakan satu mesin Turbomeca Arrius 2F 432 shp-nya. Khasnya pesawat generasi keempat, suaranya halus dengan tingkat kebisingan (noise level) 6,6 dB. Angka ini, menurut pabrik, masih di bawah batas yang dikeluarkan ICAO. "It is the quietest helicopter in its category," aku seorang teknisi Eurocopter. Karena sistem di mesinnya, Colibri memiliki tingkat polusi sangat rendah.
EC-120 - Instrumen kokpit yang ada pada EC-120./Foto: Dispen AU
Faktor lain yang memainkan peran besar dalam "kenyamanan" Colibri, adalah pemasangan damper di rotor. Damper (berbentujk helm) merupakan peredam getaran yang dipasang di atas rotor yang memutar tiga baling-baling dengan diameter 10 meter. Dua damper tapal kuda juga dipasang pada pangkal skid persis di bawah tempat duduk depan. Sebuah lagi disembunyikan di balik instrumen radio di kokpit.
Menurut teknisi Skadron 7, Kapten Tek. Verry, pemeliharaannya sangat gampang. "Lepas blade dari rotor, lalu cabut peniti kabayan yang mengunci rotor ke batang rotor," kata Verry mengurai. Peniti kabayan adalah nama yang diberikan Verry kepada pen yang mengunci rotor ke batang rotor.
Lihat lagi desain badannya yang menggunakan bahan composite. Ramping (streamline) dan memanjang indah dari nose hingga tail rotor yang menerapkan teknologi maju Fenestron (rumah rotor). Sebuah karya kompak perpaduan cita rasa tinggi dan teknologi terbaru. Sebagaimana Prancis dikenal sebagai surganya fashion, begitu pula dalam hal teknologi. Tidak percaya, lihat saja Mirage 2000 atau Eurofighter, lekukkannya begitu sempurna.
Begitupun ruangan kabin, sangat lega untuk pesawat sekelasnya. Dengan duduk di bangku belakang, penumpang yang memiliki tungkai kaki cukup panjang tidak perlu ragu akan kerepotan turun naik. Jangan tanya di depan, makin enak lagi. Pandangan keluar sangat luas. Hal ini dimungkinkan oleh bidang jendela yang besar. Enak lah buat membuang pandangan atau mau membuat foto udara. Bagi penumpang yang alergi dengan panas matahari, pun tidak usah bimbang. Karena kaca yang membujur lebar tidak bening, tapi dibuat gelap (seperti kaca film mobil) hingga panas matahari tak langsung membakar kulit. Suasana di kabin makin nyaman lagi dengan terpasangnya pendingin ruangan (AC). Soal ini tak heran memicu ide di TNI AL, supaya Colibri dipakai juga untuk VIP.
Selain itu, proses produksinya cukup rumit karena melibatkan tiga negara sekaligus, yaitu Eurocopter (Prancis), China National Aero-Technology Import & Export Corporation (CATIC, Cina), dan Singapore Technologies Aersopace (STAe, Singapura). Singapura menggantikan Aerospace Technologies Australia (ASTA) Australia setelah menyatakan mundur dari proyek pada 1989.
"Teknologinya sederhana dan mudah dioperasikan," aku Mayor Laut (P) Mohalli, Komandan Skadron 400 Penerbangan TNI AL soal pesawat yang dibeli memanfaatkan Tahun Anggaran 2001. TNI AL membeli tiga Colibri, sementara TNI AU memesan sebanyak 12 pesawat. AL akan menempatkan pesawat seharga 879.000 dollar AS per unit itu harga tahun 2000 di Skadron Udara 200/Latih Lanudal Juanda. Adapun AU menempatkannya di Skadron Udara 7 Lanud Kalijati untuk menggantikan heli Bell 47G Soloy yang dioperasikan sebagai heli latih sejak awal 1970-an. Helikopter pertama dari tiga yang dipesan AL tiba di Surabaya pada 14 September 2001 setelah dikirim secara terurai menggunakan kapal laut. Menyusul tiba dua pesanan AU yang juga dikirim lewat laut pada 6 Desember 2001.
Type your summary here
Streamline
Jika Anda pernah merasakan terbang dengan helikopter BO-105 Bolkow, setidaknya duduk saja di kokpit, apa kesan Anda? Terbangnya lincah dan gesit? Betul, tak heran kalau 1.500-an BO-105 yang aslinya produksi Messerschmitt-Bolkow-Blohm Jerman (sekarang menjadi Eurocopter Jerman) itu bertebaran di seluruh dunia. Penggunanya pun beragam, termasuk untuk keperluan patroli kota oleh Polisi. Namun jangan kaget, terutama bagi yang baru merasakan, ketika pilot membuat pesawat mengapung (hover). Getaran keras (vibrasi) akan segera terasa. "Gila, ini nggak bakal rontok, Mas," sergap Angkasa ketika terbang dengan BO-105 TNI AL beberapa waktu lalu. Kesan sempit juga terasa begitu memasuki kabin. Bagi wartawan foto yang pernah diajak Polisi Udara berkeliling Jakarta, sepertinya setuju dengan pendapat ini.
BO-105 memang dikenal punya masalah dengan vibrasi. Kapasitas dua mesin Allison 250-C20B yang besar dibandingkan tubuhnya yang kecil, langsung berdampak ketika pesawat hover. Sebenarnya tentu bisa diakali jika main rotor yang memuntir empat bilah baling-baling itu dipasangi damper untuk menahan getaran. Belum lagi suara mesin yang keras, bikin telinga sakit.
Bukan bermaksud melebih-lebihkan, tapi semua handikap BO-105 langsung buyar begitu Colibri mulai menyalakan satu mesin Turbomeca Arrius 2F 432 shp-nya. Khasnya pesawat generasi keempat, suaranya halus dengan tingkat kebisingan (noise level) 6,6 dB. Angka ini, menurut pabrik, masih di bawah batas yang dikeluarkan ICAO. "It is the quietest helicopter in its category," aku seorang teknisi Eurocopter. Karena sistem di mesinnya, Colibri memiliki tingkat polusi sangat rendah.
EC-120 - Instrumen kokpit yang ada pada EC-120./Foto: Dispen AU
Faktor lain yang memainkan peran besar dalam "kenyamanan" Colibri, adalah pemasangan damper di rotor. Damper (berbentujk helm) merupakan peredam getaran yang dipasang di atas rotor yang memutar tiga baling-baling dengan diameter 10 meter. Dua damper tapal kuda juga dipasang pada pangkal skid persis di bawah tempat duduk depan. Sebuah lagi disembunyikan di balik instrumen radio di kokpit.
Menurut teknisi Skadron 7, Kapten Tek. Verry, pemeliharaannya sangat gampang. "Lepas blade dari rotor, lalu cabut peniti kabayan yang mengunci rotor ke batang rotor," kata Verry mengurai. Peniti kabayan adalah nama yang diberikan Verry kepada pen yang mengunci rotor ke batang rotor.
Lihat lagi desain badannya yang menggunakan bahan composite. Ramping (streamline) dan memanjang indah dari nose hingga tail rotor yang menerapkan teknologi maju Fenestron (rumah rotor). Sebuah karya kompak perpaduan cita rasa tinggi dan teknologi terbaru. Sebagaimana Prancis dikenal sebagai surganya fashion, begitu pula dalam hal teknologi. Tidak percaya, lihat saja Mirage 2000 atau Eurofighter, lekukkannya begitu sempurna.
Begitupun ruangan kabin, sangat lega untuk pesawat sekelasnya. Dengan duduk di bangku belakang, penumpang yang memiliki tungkai kaki cukup panjang tidak perlu ragu akan kerepotan turun naik. Jangan tanya di depan, makin enak lagi. Pandangan keluar sangat luas. Hal ini dimungkinkan oleh bidang jendela yang besar. Enak lah buat membuang pandangan atau mau membuat foto udara. Bagi penumpang yang alergi dengan panas matahari, pun tidak usah bimbang. Karena kaca yang membujur lebar tidak bening, tapi dibuat gelap (seperti kaca film mobil) hingga panas matahari tak langsung membakar kulit. Suasana di kabin makin nyaman lagi dengan terpasangnya pendingin ruangan (AC). Soal ini tak heran memicu ide di TNI AL, supaya Colibri dipakai juga untuk VIP.
Langganan:
Postingan (Atom)
Interaktif
Sign by Dealighted - Coupons & Discount Shopping